Badai Matahari : Ancaman Itu Mulai Nyata

Badai Matahari
Matahari kian bergolak. Ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pusaran magnet atau bintik matahari yang didiikuti ledakan magma atau flare. Fenomena ini akan memuncak tahun 2013 hingga menimbulkan badai matahari yang akan berdampak signifikan bagi kehidupan bumi. Langkah antisipasi perlu dilakukan untuk mereduksi berbagai dampaknya.
Matahari merupakan sumber energi utama bagi makhluk bumi. Oleh karena itu, ketika Sang Surya meningkat aktivitasnya, maka akan berpengaruh bagi bumi yang hanya berukuran satu per 100-nya dan berjarak 150 juta kilometer.
Karena berpengaruh besar bagi kehidupan di bumi dan jaraknya yang relatif dekat dengan bumi, pusat tatasurya ini menjadi obyek penelitian banyak lembaga antariksa di dunia. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Eropa (ESA) di antaranya pada Desember 1995 membentuk proyek SOHO (Solar and Heliospheric Observatory) untuk mempelajari inti dan korona matahari serta angin atau badai matahari. Untuk misi itu, diluncurkan wahana ruang angkasa yang memuat 12 instrumen penelitian matahari.

Penelitian bagian dalam matahari dilakukan dengan pemodelan menggunakan hukum fisika. Adapula observasi vibrasi permukaan mataharidan elemen dasar di permukaannya.

Pada penelitian 21 Juni lalu, instrumen koronagrafi SOHO menangkap ledakan flare yang menimbulkan korona. Korona menyebarkan awan partikel ke berbagai arah selama 12 jam. Awan partikel ini akan menimbulkan pengaruh bagi bumi dalam skala ringan beberapa hari kemudian dan menghasilkan aurora di lintang tinggi.

Flare dan korona terjadi akibat munculnya bintik-bintik matahari.Meski disebut bintik, wujud pusaran magnet matahari berdiameter sekitar 32.000 km atau 2,5 kali diameter rata-rata bumi.
Pembentukan bintik ini akan mencapai jumlah tertinggi setiap 11 tahun (siklus bintik matahari). Peristiwa ini mengganggu cuaca, kemagnetan, dan kelistrikan bumi.
Karakteristik matahari ini lama diteliti di Stasiun Pengamatan Matahari di Tanjungsari , Sumedang, sejak 1970-an. dari teropong matahari terlihat peningkatan bintik matahari sejak Desember2009. Sebelumnya sangat minin, disebut matahari tenang.
Dampak Badai Matahari


Bintik Matahari Naik
Kenaikan jumlah bintik matahari tahun 2010 rata-rata 10 per bulan. Namun, Mei lalu jumlah rata-ratanya menjadi 32.
Flare juga mulai banyak terjadi akhir-akhir ini, tetapi belum signifikan mengakibatkan badai geomagnet yang kuat,” kata Clara Yono Yatini, Kepala Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
“Bedasarkan tingkat kenaikan ini, bintik matahari akan mencapai tingkat tertingi tahun 2013. Kondisi ini berpotensi menimbulkan flare yang kuat hingga mendorong minculnya badai matahari dan berpotensi menimbulkan gangguan signifikan bagi bumi,” kata Clara, yng sebelumnya mengepalai Bidang Matahari dan Antariksa Lapan.
Flare adalah ledakan besar di atmosfer matahari yang dayanya setara 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima.

Sri Kaloka Probotosari, pengamat matahari yang kini Sekretaris Utama Lapan, menambahkan, tahun 2000 bintik matahari mencapai 170. Tahun 2013 diprediksi mencapai 90. Namun, sumber lain memperkirakan mencaoai 170.
Anomali cuaca matahari ini bisa mempengaruhi kondisi muatan antariksa hingga mempengaruhi magnet bumi. Dampak yang mudah terlihat adalah jarum kompas berputar tak beraturan. Dampak lain, menggangu sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalka satelit navigasi global positioning system (GPS), dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF).
Bintik matahari, menurut Thomas Djamaludin – pakar astronomi dan astrofisik yang pernah menjadi Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan – juga akan menimbulkan lonjakan suhu gas di lapisan fotosfer dan kromosfer setinggi 800 derajat celcius diatas normal. Lonjakan massa gas bersuhu tingi ini tak hanya mempengaruhi magnet bumi, tetapi juga cuaca di atmosfer bumi.
Kondisi matahari aktif ini juga berefek pada menurunnya intensitas curah hujan di Indonesia. Pada lintang tinggi, matahari aktif akan mengakibatkan musim dingin yang minim salju.
Antisipasi
Menghadapi badai matahari itu, Kepala Lapan Bambang Tejasukmana belum lama ini mengatakan, Lapan telah mengantisipasi hal tersebut, Diantaranya membangun pusat sistem terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Selain itu, Lapan juga menghubungi pihak terkait yang berpotensi terkena dampaknya agar bersiap. Pelatihan pun dilaksanakan Lapan bagi operator HF dikalangan pemda.
Untuk mencegah dampak negatif saat terjadi badai matahari, standar opradi harus dilakukan, diantaranya pemadaman sistem kelistrikan. “Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi harus beralih mrnggunakan sistem manual dalam pemandu tinggal landas pendaratan pesawat terbang.” Ujarnya.
Semoga Informasi ini menambah tingkat keimanan kita kepada Allah SWT, Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar